Bagaimana jika kehidupan kamu yang membosankan tiba-tiba terganggu oleh invasi alien? Serial dari Apple TV+ berjudul Invasion ini akan meringkasnya dengan melihat perspektif lima orang biasa dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi kehidupan mereka.
Sinopsis Invasion bercerita tentang invasi alien yang menyerang Bumi dengan berbagai perspektif karakter dari berbagai benua. Kisah ini bermula saat sekelompok alien melakukan aksi teror dan menimbulkan kericuhan di kota. Situasi semakin pelik saat tempat berlindung semakin terbatas dan semua orang panik untuk mendapatkan tempat yang aman.
Serial yang tayang mulai 22 Oktober 2021 ini jadi rekomendasi tontonan untuk kamu yang menggemari kisah alien dan tema survival. Di Rotten Tomatoes, film ini dapat angka dari kritikus yang lebih tinggi, yakni 50 persen. Kamu bisa menyaksikan keseruannya hanya di Apple TV+.
Sinopsis dan Review Serial Invasion
Terlepas dari judulnya yang klise, Invasion benar-benar lambat untuk mengungkapkan premis dasarnya. Tiga episode pertama tayang pada 22 Oktober di Apple TV+ hanya menyajikan misteri-misteri yang merayap ke seluruh dunia. Menariknya, daripada mengucapkan kata “alien” di episode awal, Invasion berfokus pada efek riak global untuk menciptakan kepanikan di beberapa tempat.
KINCIR awalnya berekspektasi serial ini bercerita seperti Chernobyl (2020), yakni banyak misteri yang bikin penasaran di awal episode sambil menyajikan bencana yang siap muncul. Sayangnya, Invasion episode 1 terus berfokus pada kisah lima orang dengan masalahnya masing-masing.
Bisa jadi, hal ini memang untuk mengembangkan asal-usul karakter. Dengan treatment ini, mirip dengan serial Black Summer (2019). Yap, lima karakter utama ini dibentuk untuk menguatkan episode-episode selanjutnya.
Banyak Perspektif sebagai Bahan Bakar Klimaks Bencana
Simon Kinberg dan David Weil sebagai co-creator melakukan yang terbaik untuk melukis potret luas sebuah planet krisis dari beberapa perspektif. Ada Sheriff John Bell Tyson (Sam Neil) yang di ambang pensiun saat wakilnya, Grady (DeWanda Wise) terlihat khawatir dengan bencana yang akan hadir.
Lalu, ada Aneesha (Golshifteh Farahani), seorang imigran Suriah dan seorang istri yang diselingkuhi suaminya. Dia makin kalut dan frustrasi ketika mengetahui sesuatu menghantam pinggiran kota Amerika.
Ada juga segmen yang paling menarik, yakni Mitsuki (Shioli Kutsuna). Mitsuki adalah seorang teknisi kedirgantaraan Jepang yang bertekad untuk memahami mengapa pesawat ruang angkasa kekasihnya tiba-tiba meledak.
Potret mengharukan tentang kehilangan cinta dan tekanan sosial ini disajikan oleh Shioli Kutsuna dengan menarik. Patut ditunggu pula bagaimana karakternya di episode selanjutnya.
Kemudian, episode kedua memperkenalkan dua karakter, yakni Trevante (Shamier Anderson), seorang tentara Amerika yang ditempatkan di gurun Timur Tengah, dan Caspar (Billy Barratt), seorang anak yang bus sekolahnya terdampar di dasar jurang.
Beberapa karakter lain yang muncul sebagai pendukung membawa lebih banyak cerita dari berbagai negara untuk melengkapi gambaran luasnya bencana yang akan terjadi. Untuk serial-serial tentang bencana ini memang dirasa wajar memasukkan banyak perspektif agar lebih humanis.
Namun, jangan sampai serial ini justru malah berfokus pada karakter, tanpa memberikan ruang mengenai asal-usul invasi yang terjadi. Kita tunggu saja sambil nonton serial ini sampai habis 10 episode di Apple TV+.
Cara Simon Kinberg Membuat Semesta dalam Invasion
Ide cerita dari Invasion memang orisinal datang dari pemikiran Simon Kinberg, yang sebelumnya pernah jadi produser The New Mutants (2020) dan Deadpool 3. Sutradara Dark Phoenix (2019) ini juga berkolaborasi dengan David Weil yang juga sempat menjadi penulis The Twilight Zone.
Kinberg mengatakan bahwa dia juga mempelajari lebih lanjut tentang asal usul cerita alien untuk Invasion. Referensinya adalah film pemenang Oscar Babel (2006) karya Alejandro Iñárritu dan film War of the Worlds adaptasi karya HG Wells.
“Saat saya sedang memikirkan cerita ini lebih lanjut, saya memutuskan untuk bertemu dengan David Weil karena saya ingin bermitra dalam membuat serta menulis cerita ini dan setelah pertemuan itu kami benar-benar terhubung. Lalu semakin kami membicarakannya maka cerita ini berkembang semakin jauh dan hampir menyerupai ‘War of the Worlds’ walaupun letak perbedaanya melalui cara pengenalan sosok alien,” ujarnya kepada IGN.
Baginya, daya tarik terbesar ketika menciptakan serial ini adalah bagaimana memainkan realitas seperti apa rasanya saat diserang dan diserbu makhluk asing. “Saya pikir ada banyak negara di seluruh dunia yang sudah tahu seperti apa rasanya, tapi ada juga beberapa negara yang tidak tahu, dan Amerika adalah salah satunya,” lanjutnya.
Kinberg juga menjelaskan bahwa kecintaannya pada film fiksi ilmiah berasal dari keingintahuannya terhadap banyak hal di dunia maupun di luar angkasa. Beberapa favoritnya adalah waralaba Aliens, The Terminator, dan Star Wars.
Dalam kasus yang ada di serial Invasion, terbagi menjadi dua hal secara metaforis. Bagi Kinberg, salah satunya adalah fakta bahwa kita semua adalah alien.
“Yang pastinya ada rasa keterasingan dan saya pikir semua orang merasakannya dalam beberapa versi, seperti terasingkan dari keluarga, terasingi dari komunitas, terasingi dari pekerjaan mereka sehingga muncul rasa keterpurukan tersendiri. Saya sepertinya akan benar-benar mencoba untuk menemukan alur cerita dalam serial ini yang mengeksplorasi perasaan keterasingan itu dan benar-benar merealisasikannya di bawah intensitas kaca pembesar dari invasi alien yang sebenarnya, ceritanya.